[IDVolunteering] BERBAGI ADALAH SALAH SATU CARA SALING MENGASIHI

IVD2015

 

Three keys to more abundant living: caring about others, daring for others, sharing with others –William Arthur Ward

Percaya atau tidak, kita sering terjebak pada perasaan untuk lebih memikirkan diri sendiri. Memikirkan hal-hal yang belum kita miliki, mengkoreksi diri atau sekadar menikmati di dunia sendiri.

Tetapi, pernahkah kamu melihat lebih jauh pada dunia yang sebenarnya. Benar-benar membuka mata hati, lalu mencari tahu apa yang ada di luar sana. Perasaan takjub dan bersyukur itu pasti akan datang. Dengan tidak hanya melihat apa yang ada di atas kita. Juga yang terjadi di samping kita atau bahkan yang ada di bawah kita.

Ya. Salah satu cara untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri adalah mencoba untuk peduli pada yang lain. Jika terlihat sepele, itu artinya kamu belum benar-benar untuk mencoba peduli pada yang lainnya.

***

Melakukan perjalanan ke pelosok Banten dengan tujuan liburan adalah salah satu agenda di bulan Juli 2013. Tetapi dibalik misi menyenangkan diri sendiri, ada misi yang jauh lebih mulia di atas kepentingan pribadi. Menjadi seorang volunteer di bidang pendidikan.

Kegiatan menyenangkan yang bertepatan di bulan Ramadhan itu ialah kali pertama menjadi seorang volunteer. Kebetulan, kami yang berpartisipasi sebagai volunteer ini adalah hasil seleksi. Yah, rasanya menyenangkan sekaligus takjub. Ada di antara orang-orang terpilih untuk melaksanakan misi mulia.

Kegiatan ini bernama Mari Mengajar. Mari Mengajar adalah salah satu program kerja yang dibuat oleh Pengabdian Masyarakat Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Universitas Indonesia asal Banten untuk Banten (http://marimengajar.tumblr.com/page/2). Ketika mereka mempublikasikannya di sosial media dengan iming-iming “Kegiatan ini menampung seluruh mahasiswa/i asal Banten dari berbagai kampus di dalam & luar Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi untuk mengabdi di kampung halaman” (https://kitabisa.com/marimengajar4), sungguh memberikan daya magnet bagi siapa saja yang ingin melakukan misi sosial tersebut.

1074375_10200395868127866_1871801654_o

(dokumentasi Mari Mengajar 2)

Dengan rentan waktu 7 hari, saya menjadi seorang volunteer guru di desa Cigeulis, Pandeglang, Banten. Ya, merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang guru pengganti di daerah terpelosok. Menemui siswa di kelas yang jumlahnya tidak lebih dari 20 orang (selain karena jumlah penduduk wajib sekolah dasar yang sedikit, juga karena masih ada yang menganggap pendidikan bukanlah suatu hal yang penting). Bertemu dengan siswa-siswa yang memiliki pribadi yang menarik, serta bertemu guru-guru yang justru jauh lebih inspiratif walupun di desa terpelosok.

Terjun langsung untuk menjadi seorang volunteer terutama di bidang pendidikan, benar-benar membuka mata saya lebar-lebar juga memberikan saya banyak informasi. Banyak hal yang masih melekat dalam ingatan saya. Seorang sisiwi kelas 1 yang tidak naik kelas satu kali. Tetapi ketika ia diminta menggambar, wah gambarnya luar biasa bagus, tidak seperti teman-teman sesusianya. Gambarnya rapih, berwana sesuai bahkan membuat saya menjadi iri (karena saya tidak pintar menggambar 😀 haha). Atau saat kami mengajar dengan menggunakan metode belajar yang kreatif dan aktif, seperti membuat wayang-wayangan untuk belajar bahasa Indonesia, membuat perhitungan dengan biji-bijian, dsb. Dan satu lagi, kami tidak lupa mengajarkan hal-hal yang kadang dilupakan oleh guru maupun orang tua. Membentuk karakter. Kami mengajakan mereka untuk percaya diri, berani bertanya, bertanggung jawab akan tugasnya, disiplin juga karakter lain yang bersifat positif. Sedini apapun mereka, kita wajib menanamkan hal-hal yang positif untuk mereka. Kelak, generasi penerus ini akan memiliki pribadi positif untuk Indonesia.

 

DSC_1261

mendongeng dengan boneka tangan (dokumentasi Mari Mengajar 2)

Sejak hari itu. Sejak pengalaman pertama itu. Saya mengerti akan banyak hal. Saya memang mengarapkan liburan kala itu. Tapi, memberikan pendidikan untuk adik-adik saya di sana ialah liburan yang lebih menyenangkan. Saya tidak pernah menyangka, bahwa memberikan kebermanfaatan dan kebahagiaan untuk orang lain adalah kebahagiaan paling sederhana dalam hidup saya. Tidak melulu soal materi untuk bisa berbagi. Tetapi juga senyum, pengalaman, pendidikan, kemampuan bahkan doa.

Well, bagi saya volunteer adalah pekerjaan yang tidak pernah bisa dibayar dengan materi. Mereka justru menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk tujuan kemanusiaan. Misi-misi mulianya bukan hanya bermanfaat untuk orang lain, juga mendapatkan pengalaman untuk diri sendiri. Seperti saya di Cigeulis. Saya tidak merasa memberikan banyak hal pada adik-adik saya di sana, justru saya merasa yang mendapatkan banyak pelajaran dari mereka. Saya belajar semangat, bagaimana terus mencintai proses juga belajar bagaimana berjuang untuk pendidikan. Itulah mengapa, para volunteer tidak pernah bisa dibayar. Karena jikalaupun meraka harus dibayar, maka tak ternilai-lah harganya.

Semoga di antara kita, termasuk saya, masih memiliki cita-cita untuk berbagi. Melakukan misi-misi mulia sebisa dan semampu apapun kita. Menjadi volunteer dengan cara kita masing-masing. Terpenting tujuan kita tetap sama, berbagi adalah salah satu cara saling mengasihi.

***

Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan”.

Ingin menjadi volunteer juga? Kunjungi volunteer